Langsung ke konten utama

Menjadi Ibu Adalah Pilihanku

Tulisan digambar ini mendapat apresiasi sebagai juara saat ada games pekanan di grup IIp regional kaltimtara tahun 2017

Ada yang bergolak di hati kala itu, hari dimana saya harus melapor ke kantor yang menaungi tempat saya mengajar selama ini. Saya harus melapor terkait pengunduran diri dari aktivitas mengajar agar tunjangan sertifikasi dan inpassing dihentikan pencairannya. 
Bergolak bukan karena tidak akan menerima intensif lagi, bahkan gaji rutin bulanan. Bukan, tapi sebuah peryataan yang dilontarkan kawan saya. 
"Setelah ini, ibu ngapain? " Tanya teman saya. 
"Hanya jadi ibu rumah tangga lah Bu, " kawan teman saya yang lain. 
Duh, padahal saya sudah menyiapkan jawaban akan menjadi Ibu rumah tangga yang bahagia. 

Begitulah, sebagian kita mengangap ibu rumah tangga adalah predikat yang "hanya".
Belum lagi perseteruan abadi antara nitizen ibu bekerja versus nitizen ibu yang tidak bekerja yang sekian lama meramaikan dunia media sosial. 

Padahal, dikotomi ini sangat tidak tepat, karena tidak ada ibu yang tidak bekerja. 
Semua ibu bekerja. Dan menjadi Ibu bukan penganguran. 
Hanya ruang dan waktunya berbeda. Ada Ibu yang bekerja di ranah publik dan ada Ibu yang bekerja dilingkup rumah tangga. 
Tidak ada yang lebih baik antara satu dengan lainnya, karena semua adalah pilihan sadar para ibu dengan segala konsekuensinya. 

Justru yang terpenting dari pilihan-pilihan itu adalah bagaimana seorang ibu bahagia. Karena bahagianya seorang ibu akan mampu membahagiakan sekelilingnya. Suami, anak, keluarga besar dan masyarakat sekitar. 
Sementara ketidakbahagiaan seorang ibu bisa menjadi salah satu sebab ketidakbahagiaan sekelilingnya. 
Banyaknya masalah psikologis yang dihadapi para ibu mulai dari babyblues, post partum depression (ppd) , depresi, bahkan beberapa masalah psikologis ini berakhir dengan kejadian memilukan, misalnya sampai pembunuhan anak kandung sendiri. 

Seorang ibu juga tidak harus menjadi sosok yang sempurna dalam segala hal. 
Housekeeping yang handal, koki yang mumpuni, guru yang hebat, mentor yang keren, bahkan teman diskusi yang menguasai segala hal. 
Ini ibu, apa wonderwomen dalam film-film. 
Ibu juga manusia biasa yang punya sisi kekuatan sekaligus kelemahan. 

Yang sebaiknya kita lakukan adalah mengali sisi kekuatan ibu, baik ibu yang bekerja di ranah publik maupun ibu yang bekerja di ranah domestik. Temukan aktifitas yang paling disukai dan bisa dilakukan sehingga menjadi aktifitas yang membahagiakan bagi ibu dalam perannya sebagian istri, ibu dan anggota masyarakat. 

Seorang Ibu bisa menemukan passionnya sehingga akan melakukan hal-hal yang membuat mata berbinar. 
  1. Perpanjang durasi waktu untuk melakukan hal-hal yang menjadi kesukaannya dan sumber bahagianya 
  2. Persempit waktu untuk mengerjakan hal-hal yang tidak disukainya bahkan kalau mampu bisa didelegasikan. 
  3. Belajar dan terus berupaya agar segala aktifitas membahagiakan tersebut semakin easy, enjoy, excellent dan earn. 
Jika ibu bahagia, keluarga bahagia, semua bahagia, maka rezki itu akan mudah menuju ke arah kita. 
Eit... Jangan salah lho ya, rizki itu tidak selalu berupa materi. 
Bahagianya ibu bahagianya kita semua. 

#KLIP2020
#Januari8
#Janganlupabahagia



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi