Langsung ke konten utama

Ke Baitullah

Part 2.
Mengurus Paspor 

Setelah bersepakat dengan suami, kami menentukan hari Senin, 4 Desember 2017 ke kantor imigrasi Balikpapan mengurus paspor. Suami izin dan aku sedang kosong tidak mengawas ujian. Deg..deg an juga sih, karena pertama kali dan konon khabarnya urusan keimigrasian ini agak ruwet serta membutuhkan kesabaran. Googling dan mengumpulkan informasi sebanyak - banyaknya tatacara pengurusan pasphor, lalu mendapatkan informasi pendaftaran online. Yeeeaa, dicobalah. 
Kami mempersiapkan dokumen yang dipersyaratkan antara lain:
  1. KTP, wajib ada dan sudah berupa e-ktp atau kalau belum ada bisa minta surat keterangan pengurusan e-ktp. Asli dan fotocopynya
  2. Kartu keluarga, ini juga wajib ada yang asli dan fotocopynya
  3. Akta kelahiran, meski tidak wajib, sebaiknya disiapkan buat jaga-jaga jika petugas mencocokkan nama dan nama orang tua. 
  4. Ijazah, jika tidak ada akta kelahiran bisa membawa ijazah. Ijazah apa saja boleh, sebaiknya yang sma saja. 
  5. Surat nikah, jika akan umroh bersama suami. 
  6. Jika nama kita kurang dari 3 kata, dan ingin paspor kita langsung mengunakan nama 3 kata sebagai syarat umroh, terlebih dahulu meminta surat pengantar dari kemenag yang menerangkan bahwa kita akan melaksanakan umroh dengan travel tertentu. 
  7. Nah jika akan meminta rekomendasi kemenag, maka harus ada surat permohonan rekomendasi dari travel umroh juga surat izin travel umroh. 

Karena mendaftar online maka pelayanannya dilakukan pada pukul 14.00 - tutup kantor. 
Sekalipun daftar online, di kantor imigrasi kita masih harus mengambil nomor antriannya. Tahu sendiri lah, yang mengurus paspor kan tiap harinya buanyak banget. 

Alhamdulillah, kantor imigrasi Balikpapan lumayan bagus pelayanannya. Kami mulai antri dari pk. 14.00 dan dapat panggilan untuk wawancara serta foto sekitar pukul 15.00 , meski yang namanya menunggu biar 1 jam juga lama banget.

Urusan paspor suami beres, karena nama beliau sudah 3 kata. Dan 3 hari setelah pembayaran, paspornya jadi, di pasporku tertanggal 7 Desember sementara di paspor suami 8 Desember. Karena namaku hanya 2 kata maka harus meminta rekomendasi pada kemenag untuk merubah nama di paspor menjadi 3 kata sebagai syarat paspor umroh. Tanggal 11 Desember ke kemenag meminta surat rekomendasi dan tanggal 12 balik lagi ke kantor imigrasi mengurus perubahan nama. Tanggal 15 Desember paspor baru bisa diambil lagi. 

Selanjutnya mengurus paspor ibuku. Karena beliau sudah sepuh dan tidak ada yang bisa membantu menguruskannya maka aku harus pulang kampung mengurus dokumen ibuku. 
Kebetulan, pekan terakhir Desember libur semester jadi bisa pulang ke Jawa mempersiapkan ibu dan mengurus paspor beliau. Tanggal 17 Desember aku pulang ke Jawa dan sebelumnya meminta adik untuk menyiapkan dokumen ibuku sehingga besok bisa langsung ke kantor imigrasi. 

(Bersambung) 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi