Langsung ke konten utama

Belanja

Diawal tantangan kuliah bunda cekatan, belanja menjadi salah satu telur hijau, karena belanja merupakan aktifitas yang kusuka dan membahagiakan.
Normal, kan perempuan.

Sewaktu masih kanak dulu, ikut Ibu ke pasar itu menyenangkan. Terlebih jika belanja bulanan di toko kelontong langganan. Toko serba ada yang menyediakan aneka kebutuhan warga desa. Hanya toko biasa, bukan supermarket apalagi mall.

Lalu ketika duduk di bangku kelas 5 SD, belanja ke pasar sudah menjadi tugas rutinku, pagi-pagi sekali sebelum berangkat sekolah. Biasanya Ibu membekali dengan secarik kertas catatan yang harus dibeli saat itu. Dan aku akan mengayuh sepeda dengan riang meski kadang harus ngebut mengayuh sepeda miniku karena waktu beranjak mendekati jam masuk sekolah.

Apa sih menariknya belanja sehingga menjadi aktifitas yang membahagikan?
Pernah bermain pasar-pasaran kan, nah belanja itu aplikasi nyata dari mainan tersebut. Konon katanya di otak kita bagian ventral straitum akan aktif ketika seseorang memiliki obyek yang baru baginya. Area ini kemudian melepas neuro transmiter seperti dopamin  yang memproses rasa senang dalam otak. Nggak heran kan, setelah belanja dan mendapatkan barang yang kita inginkan ada perasaan senang, meski kadang tidak bertahan lama. Setelahnya biasa saja.
Rasa senang inilah yang menjadi pemicu orang menjadi suka belanja. Bahkan banjir dopamin ini menjadi nagih. Makanya sebagian orang melakukan aktifitas belanja yang kadang tidak dipikirkan secara matang dan cenderung emosional. Apalagi jika ada diskon besar-besaran di akhir tahun seperti kemarin.

Syukurnya, belum pernah mengalami yang seperti itu. Keterbatasan dan kesahajaan yang disematkan dalam pengasuhan, membuat aktifitas belanjaku menjadi penuh perhitungan dan pertimbangan.
Belanja sendiri, diajak belanja bahkan sekedar menemani belanja tetap menyenangkan.

Maka ketika siang tadi suami pergi belanja keperluan kantor, segera tanpa diajak langsung ikut. Membeli karpet ditoko aneka perabot sungguh menyenangkan sembari melihat-lihat perabot yang lain meski sekedar cita-cita memiliki yang belum terwujud karena hidup nomaden ini mengharuskan hidup minimalis agar tidak terlalu repot kala pindahan lagi.

Lalu ke toko bangunan, awalnya menarik menikmati deretan barang yang memenuhi toko. Semen, lembaran seng, kawat aneka ukuran, paku -paku mulai dari yang paling kecil hingga besar. Kaleng-kaleng cat, daun pintu, keramik, hingga kloset.
Satu jam lebih berada di tumpukan barang dipanjang tanpa estetika dan hilir mudik baik pembeli maupun pelayan toko, terlihat sibuk dan menjadi tak menarik lagi.
Ternyata tidak semua aktifitas belanja itu menyenangkan.


#KLIP2020
#Januari2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa...

Lembah Long Ba : Menunggu

Part 6. Menunggu Tinggal sedikit lagi tubuhku lenyap dihisap bayangan hitam itu, seketika aku teringat gambaran Dementors, sebuah roh jahat yang hanya bisa dikalahkan oleh mantra expecto patronum nya Harry Potter dari gurunya Remus Lupin. Lalu cahaya putih menghalangi makhluk itu sehingga tidak bisa menyentuhku. Setelahnya, di dadaku terasa ada yang menyentuh, agak keras namun dingin rasanya. Tiba-tiba aku seperti mendapat suntikan energi, hingga akhirnya bisa membuka mata. Yang pertama tertangkap mata adalah ruangan berdinding putih. Aku berada di sebuah ranjang beralas warna putih juga. Tanganku tak bisa digerakkan, ternyata ada sebuah selang dan jarum menancap di dekat pergelangan tanganku. Belum sempat kuedarkan pandang menyapu seluruh ruangan, Bapak kepala kampung mendekat. "Pak Tegar… . " Disebutnya namaku pelan. Aku hanya bisa mengangguk pelan. "Syukur Alhamdulillah Pak Tegar sudah siuman, " sambung Pak Jauri. Rupanya mereka yang membawaku ketempat ini. Semac...

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi...