Langsung ke konten utama

Ke Baitullah

Part 5
Berkah dari Kesalahan

Karena keberangkatan umroh kita dari Jakarta, maka kami harus menuju Jakarta sebelum tanggal 23 Januari. Pagi menjelang siang di tanggal 22 Januari sampailah kita di Jakarta dan menuju Bekasi. Kami harus menjumpai Ibu yang telah terlebih dahulu dijemput adik dari Bojonegoro dan dibawa ke rumahnya di Bekasi.
Bandara Sepinggan Balikpapan, para minimalis yang akan travelling. Hanya ini barang bawaan kami. 

Sebelum sampai di Jakarta kami sudah meminta Adik menunjukkan rute termudah menuju rumahnya. Berdasarkan petunjuknya, kami harus naik bis damri
dari Cengkareng ke Terminal Kampung Rambutan lanjut grab atau gocar ke Jati Melati.

Tapi begitu di pool damri  Cengkareng, suami membeli tiket ke Bekasi kota. Tak apalah, beliau kan pernah kuliah di Jakarta semoga lebih tahu rute terdekat ke Bekasi.
Nge WA adik lagi, menceritakan bahwa kita naik damri ke Bekasi.
"Waduh, jauh lagi itu mah. Lewat daerah macet lagi. Karena terminalnya di Bekasi Timur dan itu sudah melewati rumah kita,  minta turun di Metropolitan Mall saja, ntar ngegrab dari situ. Yang kemarin jalan sama anak-anak itu, jadi sudah tahu perkiraan jaraknya."

Agar lebih pasti, aku berinisiatif bertanya ke kondektur bis.
"Apakah nanti lewat MM? Kalau lewat, kita minta turun disitu saja ya. "
"Maaf, kita tidak lewat MM, kita ke Bekasi Timur sementara MM di Bekasi Barat, " kata kondektur Bis.
"Jadi kalau mau ke Pondok Gede atau ke Jati Melati turun di mana ya biar tidak jauh baliknya?" tanyaku
"Maaf, saya kurang tahu. Saya masih baru di rute ini," jawab kondektur dengan logat Jawa Tengah bagian barat.
"Sebentar saya tanyakan yang lain," sambungnya

"Sudah Bun, tenang aja...kita kan lagi jalan-jalan. Nikmati aja keliling kota ini. Ntar kalau salah ya balik lagi. Beres," kata pak Suami.
"Iya ini juga tenang kok."
"Ntar turun di Jati Bening aja ya Pak/Bu," kata kondektur itu lagi saat menghampiri kami.

Segera kubuka goggle map sebagai panduan berapa lama lagi kami harus turun dari Bis nanti.
Terlihat tanda merah daerah yang rawan macet.
Alhamdulillah nyatanya malah lancar.
Setelah sampai Jati Bening kami lanjut nge goCar dan ternyata lebih cepat dan murah

"Kita turun di Jati Bening nih, " laporanku di Wag keluarga.
"Bener mbak, lebih dekat tuh," balas adek.
"Bagi traveller, salah itu berkah," balasku bangga.

Setelah sampai rumah adik, agendanya adalah packing dan mencari perlengkapan yang masih kurang. Koper-koper kami dititip oleh travel ke rumah adikku, karena jika dikirim ke Balikpapan akan membutuhkan biaya yang besar.

Maka ketika keesokan harinya tas-tas kami berganti dengan koper ini, cita rasa minimalis kami tetap tak berubah, kopernya masih longgar.
Bandara Soetta. Bagasi kami sudah berganti, petugas travel yang mengatur rapi begini

Bersama terbitnya mentari pagi, kembali kami menyusuri jalanan yang mulai ramai menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Koper-koper kami perpindah tangan lalu tertata rapi disini.
Pelayanan yang luar biasa. Kami hanya duduk manis bersama rombongan jama'ah dari berbagai kota di Indonesia.
Kemudian sambutan hangat dari para Abi UICC Jakarta semakin memambah semangat.
Terminal 3 bandara Soekano-Hatta
Bersama adik dan ponakan yang mengantarkan kami. 

Bismillah, dari terminal 3 bandara Soekarno-Hatta, kami akan menuju Bandara Madinah dengan pesawat Saudia yang akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 9 Jam.

Keterangan :
Abi = kakak ( dalam bahasa Turki)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi