Langsung ke konten utama

Banjir Di Awal Tahun 2020

"Anugerah dan bencana adalah kehendakNYA, kita mesti tabah menjalani, hanya cambuk kecil agar kita sadar...... "

Mendengar dan melihat berita bencana alam banjir dan tanah longsor di Jabodetabek juga daerah lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur tetiba ingat petikan lagu legendaris Ebit G. Ade. Ketahuan umur kalau begini ini. E tapi lagu ini juga sering dipakai sebagai backsound jika ada berita bencana kok meski nggak jamani setidaknya familiar kan. 

Mirisnya, derita karena musibah ini masih ditingkahi dengan hujatan, celaan dan saling menyalahkan. Tak ayal lagi kubu-kubuan pun saling menyerang dengan aneka berita hoax. 

Duhai, tidakkan bencana ini sedikit menyentuh nurani. Minimal, kalau tidak bisa berbuat baik meringankan korban setidaknya cukup diam saja. Atau menjadikannya sebuah pelajaran berharga. 

Seperti petikan syair lagu di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa:
  1. Takdir atau kehendakNYA 
  2. Sebuah peringatan atau teguran 
  3. Curah hujan yang tinggi 
  4. Ulah manusia 

Sebagai ummat beragama kita menyakini bahwa segala sesuatu adalah kehendakNYA. Takdir yang tidak bisa kita hindari, hanya penyikapan yang membedakan. Tentu tidak selayaknya kita saling menyalahkan, caci maki dan mencela. Kita Terima takdir ini dengan kesabaran, sembari mencari solusi bukan sebaliknya. 

Bisa jadi, bencana ini adalah peringatan dan teguran buat kita. Allah SWT sangat Maha Pencipta dan Pemelihara, kepada manusia otoritas pengelolaan dan pemanfaatan alam di serahkan. Tapi sadarkah manusia ketika berbuat kerusakan. Sebagaimana dalam Qur'an surah Ar-Rum ayat 41.

Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). 

Curah hujan yang tinggi, bahkan tahun ini menjadi yang paling tinggi sepanjang hampir seperempat abad. 

Curah hujan kemarin adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir berdasarkan data sejak 1996," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kepada detikcom, Kamis (2/1/2020)

Curah hujan yang tinggi ini tentu tidak tidak tiba-tiba. Pasti ada proses panjang perubahan iklim yang menyebabkan cuaca menjadi lebih ekstrim. 

Tak dapat dipungkiri, sejatinya ulah manusia sendiri turut andil dalam rentetan bencana ini. Alih fungsi hutan, pembangunan yang terus mengerus area lahan terbuka hijau. Menjamurnya perumahan-perumahan yang dalam aturannya harus menyediakan area resapan air namun pada kenyataannya banyak melanggar. 

Dalam skala lebih kecil lagi, kita sebagai individu masih banyak yang tidak peduli dengan membuang sampah sembarangan. 



Oleh karena itu, daripada sibuk mencari - cari kesalahan, alangkah eloknya jika kita berefleksi, apa yang sudah kita lakukan. Andai pun tidak bisa melakukan perubahan besar, lakukanlah perubahan kecil mulai dari diri sendiri. 
  1. Membuang sampah pada tempatnya atau lebih baik lagi memilah sampah. Bahkan kalau bisa meminimalisir sampah.
  2. Membuat resapan air disekitar rumah dengan lubang biopori misalnya. 
  3. Hindari semenisasi sehingga tidak ada resapan air, lebih baik mengunakan paving blok. 
  4. Tanamlah pohon dan perbanyak ruang hijau. 
  5. Tampung air hujan yang bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. 
Perubahan yang besar bermula dari perubahan-perubahan kecil. Maka mulailah apa yang mudah dan bisa kita lakukan. 

Referensi :
1. Al Qur'an surah Ar- Rum
2. Detikcom

#KLIP2020
#Januari3




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi