Saya tak berminat ikut pro kontra dengan hal ini, meski ada sebagian yang berpendapat wajar dong dengan previllage yang dimilikinya. Orang tua yang mendukung dengan segala fasilitas yang sanggup mereka berikan. Lihat saja rekam jejak sekolah dari TK hingga program masternya bukan sekolah murah. Orang biasa nggak mungkin bisa, terlebih tak ada kocek yang bisa dirogoh dalam-dalam.
Lalu ramai orang membandingkan dengan banyak sosok berprestasi di negeri ini yang kesulitan biaya sekolah. Boro-boro bisa mengambil master, lulus ujian masuk Perguruan tinggi idaman saja tak lantas membuat bahagia tapi malah menangis karena memikirkan harus mendapatkan biaya dari mana. Meski pada akhirnya tak sedikit juga yang berhasil melewati semua tantangan.
Jadi ingat salah satu murid saya pada sebuah sekolah di Balikpapan. Sekolah pesantren atau notabene madrasah yang biasa dipandang sebelah mata karena fokus mengajarkan agama dengan porsi lebih banyak, di pinggiran pula.
Tak ada yang istimewa dari anak itu, biasa saja waktu sekolah, prestasi hampir nggak ada. Namun mempunyai kegigihan dan daya juang yang luar biasa. Kini, mantan murid saya itu telah selesai menempuh program doktoral di sebuah universitas di Korea Selatan setelah program masternya di negara yang sama dengan beasiswa. Bahkan lebih dari satu universitas yang bersedia memberi beasiswa. Bahkan kini ia mendapat tawaran kerja di Amerika.
Benang merah yang dapat ditarik adalah siapapun bisa mendapatkan pendidikan yang ia idamkan. Jika pun tidak makan ada banyak alternatif lain. Yang mendapat fasilitas kemudahan dan yang harus berjuang semua sama. Proses itulah yang harusnya kita hargai dari siapapun dia.
Benang merah yang dapat ditarik adalah siapapun bisa mendapatkan pendidikan yang ia idamkan. Jika pun tidak makan ada banyak alternatif lain. Yang mendapat fasilitas kemudahan dan yang harus berjuang semua sama. Proses itulah yang harusnya kita hargai dari siapapun dia.
Pendidikan juga tidak identik dengan persekolahan. Jika sekolah adalah segalanya, maka hanya orang yang bisa membayar lebih yang akan sukses meraih sekolah impian untuk mewujudkan cita-citanya. Sekolah yang unggulan dan berfasilitas lengkap yang biasanya mahal. Murid saya itu contohnya, keterbatasan dikalahkan dengan kegigihan dan kemauan untuk terus belajar.
Jika pendidikan hanya dengan sekolah, tentu tak ada anak Homeschooling yang sukses. Nyatanya tak sedikit anak HS yang bisa masuk PTN ternama. Sekolah hanyalah sarana, salah satu sarana mendapatkan pendidikan. Bahkan terkadang sekolah tak benar-benar menjalankan fungsi pendidikan.
Buktinya, berapa banyak lulusan persekolahan yang yah gitu deh, berbuat curang. Tingginya sekolah yang ditempuh tak memberi nilai lebih dalam hidupnya. Koruptor juga rata-rata lulusan sekolah tinggi.
Hakekatnya pendidikan itu, mengetahui, menjadikannya pola pikir dan mengaplikasikan dalam perilaku. Dan cita - cita tertinggi pendidikan itu adalah menjadi manusia yang utuh sesuai dengan misi penciptaannya. Manusia yang berbudi luhur serta banyak memberi manfaat pada semesta.
Sementara sekolah hanya sekedar tahu, menguasai ilmu, diulang dalam ujian dapat nilai, hilang tanpa bekas. Apalah artinya. Akhirnya sekolah sekian tahun, hanya melahirkan manusia-manusia yang tak terdidik bahkan untuk hal yang kecil semisal membuang sampah.
Jika pendidikan hanya dengan sekolah, tentu tak ada anak Homeschooling yang sukses. Nyatanya tak sedikit anak HS yang bisa masuk PTN ternama. Sekolah hanyalah sarana, salah satu sarana mendapatkan pendidikan. Bahkan terkadang sekolah tak benar-benar menjalankan fungsi pendidikan.
Buktinya, berapa banyak lulusan persekolahan yang yah gitu deh, berbuat curang. Tingginya sekolah yang ditempuh tak memberi nilai lebih dalam hidupnya. Koruptor juga rata-rata lulusan sekolah tinggi.
Hakekatnya pendidikan itu, mengetahui, menjadikannya pola pikir dan mengaplikasikan dalam perilaku. Dan cita - cita tertinggi pendidikan itu adalah menjadi manusia yang utuh sesuai dengan misi penciptaannya. Manusia yang berbudi luhur serta banyak memberi manfaat pada semesta.
Sementara sekolah hanya sekedar tahu, menguasai ilmu, diulang dalam ujian dapat nilai, hilang tanpa bekas. Apalah artinya. Akhirnya sekolah sekian tahun, hanya melahirkan manusia-manusia yang tak terdidik bahkan untuk hal yang kecil semisal membuang sampah.
Jadi ingat salah satu ustad atau penceramah dari yang sedang naik daun dengan gayanya yang khas, tawadhu namun cerdas dan berlogika.
"Saya nggak suka sekolah, tapi saya suka belajar" ~Gus Baha
"Saya nggak suka sekolah, tapi saya suka belajar" ~Gus Baha
Komentar
Posting Komentar