Aku tuh suka terharu dengan anak muda yang sukses memanage hidupnya dengan baik, membuat iri dalam arti positif. Meski semua bukan karena bagaimana mereka dididik, bisa juga karena keadaan yang memaksa untuk itu. Tapi apapun itu, masih muda dengan segala kesuksesannya adalah sesuatu yang perlu diapresiasi dan diambil pelajaran. Terlepas definisi sukses itu seperti apa. Yang jelas secara dunia rasanya sudah cukup kebaikan yang mereka lakukan.
Sama-sama terbiasa tidak tergantung dengan orang tua, mandiri sejak usia belia hingga kuliah pun tak lagi atas biaya orang tua. Beasiswa dan bekerja paruh waktu menjadi pilihan hingga bangku kuliah bisa diselesaikan dengan baik dan predikat yang tak kalah dengan anak-anak yang hanya belajar tanpa pernah risau akan biaya hidup dan kuliah. Akhirnya mereka bertemu dalam ikatan pernikahan di ujung study mereka. Selepas yudisium, pernikahan sederhana bahkan super minimalis itu ( dengan biaya kurang dari 2 juta) tak mengurangi tujuan suci pernikahan. Menyempurnakan setengah dien dan ibadah.
Berbekal ketekunan, keuletan dan hobi yang jadi passion, mereka merenda kehidupan rumah tangga. Kesukaan menulis meski dengan fasilitas yang minim bahkan kadang nebeng membawa kesuksesan menjadi penulisan dengan banyak karya. Kebiasaan bebenah menjadikannya founder gemar rapi, sebuah komunitas berbenah ala konmari versi Indonesia yang begitu diminati. Pun kecintaan pada pelestarian lingkungan membuat mereka menjadi leader dan mendapat kesempatan berbagi, menjadi tutor dan speaker di berbagai kegiatan. Terlebih di masa pandemi ini.
Hobby yang serius ditekuni ini menjadi sumber penghasilan. Ditambah semangat terus belajar, tumbuh dan berkembang membawa pasangan muda yang baru tujuh tahun menikah ini menikmati hasil kerja-kerja mereka. Sebuah rumah bisa dimiliki tanpa berhutang dan tanpa riba. Membangun sedikit demi sedikit hingga menjadi rumah tumbuh yang siap dihuni.
Di lain tempat, seorang perempuan muda juga sukses menjadi make up art. Ibu muda berputri satu ini bisa bekerja dari rumah dan membersamai tumbuh kembang putri kecilnya dari rumah sendiri yang cukup representatif. Bayangkan belum juga 25 tahun, sudah mapan tanpa perlu bersusah payah meninggalkan rumah bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore sementara sepulang dari kantor masih harus berurusan dengan tugas domestik dan anak-anak yang butuh perhatian. Capek banget kan. (Kalau bilang nggak, berarti belum merasakan).
Di saat ini terlebih masa pandemi, mencari kerja bukan satu - satunya jalan agar kita bisa berkarya atau berpenghasilan. Mengirimkan berlembar surat lamaran untuk mengemis pekerjaan rasanya sudah bukan jamannya lagi. Tak harus keluar rumah dari pagi hingga petang yang penghasilan pas-pasan agar masuk kategori pekerja. Namun, di rumah pun kita bisa bekerja dan berpenghasilan. Tak heran sempat viral berita seorang ibu yang heran kenapa tetangganya selalu punya uang dan berkecukupan padahal tidak bekerja keluar rumah. Ibu itu mengira si tetangga punya tuyul. Halooo… . Hari gini, banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah.
Ada teman yang kerjanya menjadi content writer, cukup menulis artikel dari rumah dan rekeningnya pun terisi. Ada teman yang programer, nggak perlu ngantor tapi duit selalu mengalir di rekeningnya. Dan ini banyak. Ibu-ibu muda lulusan ITB bahkan S2 nya di luar negeri tak perlu jumpalitan cari kerja. Banyak perusahan yang siap menampung, tapi mereka memilih bekerja di rumah dengan skill yang luar biasa keren banget. Selevel ITB aja nggak harus kerja kantoran.
Jadi, apapun kita peluang itu terbuka lebar. Tinggal kita mau apa tidak. Tahu nggak, si Crazy Rich dari Malang yang lagi viral itu pun dulunya pernah merasa menjadi orang yang tak berguna, tapi segera menyadari dan berubah hingga akhirnya sukses dalam bisnisnya yang kini semakin bejibun.
Kuncinya adalah, berubah, belajar dan bergerak. Mimpi boleh tinggi tapi jika tiap hari hanya rebahan ya akan jadi mimpi selamanya.
Eh jangan salah, kaum rebahan pun bisa lho berpenghasilan. Iya dong, mereka rebahan tak sekedar rebahan tapi jualan online.
Keinginan boleh macam-macam, tapi visualisasi nggak pernah ada, road map-nya nggak jelas, dan milestone nggak pernah maju ya mau jadi apa.
Tak ada kata terlambat dan tak guna menyalahkan keadaan.
Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum itu tak merubah dirinya sendiri.
Iyaa bener banget mb Tami, apalagi buat saya, motivasi banget melihat yang muda2 aja lincah bergerak menuju perubahan yang lebih baik
BalasHapusMalu rasanya saya yg sudah banyak hidup didunia harus diam2 aja ga melakukan apapun demi perubahan yg niscaya itu, pasti bakal tergilas jaman kan??
Iya mbak Emi, tetap semangat belajar meski nggak muda lagi.
Hapus