Langsung ke konten utama

Ke Baitullah

Part. 10
Antara Mekkah dan Madinah
Perbukitan sepanjang jalan antara 2 kota suci Mekkah dan Madinah

Saatnya melanjutkan perjalanan ke kota suci Mekkah. Awalnya kami berencana pagi selepas dhuha berangkat ke Mekkah, namun akhirnya disepakati  selepas sholat Jum'at agar bisa sholat jum'at di masjid Nabawi.

Barisan pohon kurma

Sepanjang perjalanan menuju Mekkah, hanya terlihat bukit, padang pasir, sedikit pepohonan. Terbanyang panasnya andai siang matahari sedang terik.
Saat ini, dalam perjalanan menuju Mekkah, kita tinggal duduk di Bis dingin be Ac. Nyaman. Jika datang kantuk, tinggal tidur. Jalan yang mulus halus sepanjang Madinah - Mekkah, tanpa hambatan, apalagi kemacetan semakin membuat nyaman perjalanan.
Waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan itu berkisar antara 5 - 6 jam.

Coba kita sejenak ingat dan membayangkan.
Bagaimana Baginda Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah kala itu
Melintasi bukit-bukit terjal menjulang.
Menapak padang pasir luas membentang.
Sepi, bahkan hanya terdengar desir pasir berbisik dalam buaian angin gurun.
Hanya berdua, dengan sahabat terkasih dan terpercaya Abu Bakar As Siddiq, yang menemani sepanjang perjalanan.
Di bawah kejaran musuh para kafir Quraisy yang tiada pernah surut ingin membunuh Nabi.
Berhari-hari lamanya, dengan bekal seadanya.

Setelah menempuh jarak 5 kilometer an dari Mekkah
Bersembunyi di Gua Tsur, yang terletak di bukit nan tinggi karena musuh sudah hampir mengejar dan mendapati beliau.

Sahabat terpercaya itu berusaha membuat tempat persembunyian yang aman untuk Rasul.
Semua lubang ditutup dengan batu.
Bahkan ketika ada lubang yang luput, kaki sahabat itu digunakan untuk menutupinya, hingga ular mengigit dan dia menahan sakit yang teramat sangat dalam diam.
Mengapa?
Karena tak ingin Rasul junjungannya sekaligus sahabat terkasihnya terbangun dari istirahatnya

Ketika tahu sahabatnya terpercaya digigit ular, beliau bertanya pada makhluk itu:
"Mengapa kau mengigit sahabatku wahai Ular?"
"Karena dia menghalangiku untuk melihatmu." jawab sang ular dan melanjutkan pernyataan yang, " aku dengar ada seorang Rasul datang ke tempat ini dan aku sangat ingin melihat manusia mulia itu."

Bahkan binatang pun sangat menantikan kehadiran beliau.
Maka, ketika musuh - musih itu hendak mencapai gua,  pintu gua pun ditutup oleh sang laba-laba hingga tak akan nampak ada manusia yang datang ke tempat itu

Tak heran, begitu beliau sampai di kota Madinah.
Sambutan yang meriah dilakukan oleh masyarakat Madinah atas datangnya seorang Rasul yang sudah lama mereka dengar khabar beritanya.
Mereka merindukan utusan Allah itu, mereka merindukan dakwah yang dibawah oleh Rasullullah.
Lalu dakwah Rasulullah bak oase yang menghilangkan dahaga Iman penduduk Madinah.
Berbondong-bondong manusia berbai'at menuju cahaya Islam dan gemilang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa pedesaan di Jawa. Jalan

Lembah Long Ba : Menunggu

Part 6. Menunggu Tinggal sedikit lagi tubuhku lenyap dihisap bayangan hitam itu, seketika aku teringat gambaran Dementors, sebuah roh jahat yang hanya bisa dikalahkan oleh mantra expecto patronum nya Harry Potter dari gurunya Remus Lupin. Lalu cahaya putih menghalangi makhluk itu sehingga tidak bisa menyentuhku. Setelahnya, di dadaku terasa ada yang menyentuh, agak keras namun dingin rasanya. Tiba-tiba aku seperti mendapat suntikan energi, hingga akhirnya bisa membuka mata. Yang pertama tertangkap mata adalah ruangan berdinding putih. Aku berada di sebuah ranjang beralas warna putih juga. Tanganku tak bisa digerakkan, ternyata ada sebuah selang dan jarum menancap di dekat pergelangan tanganku. Belum sempat kuedarkan pandang menyapu seluruh ruangan, Bapak kepala kampung mendekat. "Pak Tegar… . " Disebutnya namaku pelan. Aku hanya bisa mengangguk pelan. "Syukur Alhamdulillah Pak Tegar sudah siuman, " sambung Pak Jauri. Rupanya mereka yang membawaku ketempat ini. Semac

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi