Langsung ke konten utama

Ke Baitullah


Part 6.
Perjalanan 9 Jam
Bandara Madinah 

Proses bagasi berjalan lancar, kami hanya menunggu sampai semua koper selesai. Selanjutnya proses pemeriksaan imigrasi. Pemeriksaan super ketat kami jalani. Tas-tas tenteng kami kembali diperiksa, tidak boleh ada satupun benda cair bahkan untuk dibawa ke ruang tunggu. Air minum saja harus kami habiskan atau di tinggal.
Akhirnya pemeriksaan yang super ketat di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta terlewat sudah.
Menunggu, diruang tunggu yang nyaman di kursi-kursi empuk dengan sandaran santai serta sofa warna warni.
Kami boarding tepat waktu dan terbang sesuai waktu yang tertera di tiket.
Kenyamanan di ruang tunggu segera lenyap dari rasa.
Saatnya terbang dalam waktu 9 jam lewat melintasi udara berbagai negara.
Terkadang aku memonitor posisi pesawat dari layar yang ada dikursi depan kami sambil menghibur Ibuku yang mulai lelah dan bosan. Ini penerbangan terlama pertama kami. Biasanya hanya antar kota  dalam negeri, dan paling lama hanya 2 jam lebih sedikit.
Punggung pegel, kaki kesemutan keluhnya.
Beliau tak pernah bisa tidur diperjalanan jadi selama 9 jam perjalanan tetap terjaga.
Tilawah dan memutar film sedikit mengurangi kejenuhanku
"Victoria and Abdul" pilihan pertama.
"Goodbye Christopher Robin" setelahnya
Dan waktu terasa masih panjang. Jamuan makan pun silih berganti datang. Mulai dari makanan berat hingga cemilan dan minuman. Lebih banyak lagi
ngobrol dengan Ibuku apa saja, sambil sesekali membisikkan:
"Kurang satu jam setengah, sabar ya."
"Kurang satu jam lagi, semangat kuat ya. "
"Kurang setengah jam lagi. InsyaAllah."
Hingga akhirnya kami mendarat juga disaat matahari mulai condong namun cahayanya masih cukup menerangi. Sepertinya baru masuk ashar waktu setempat padahal kami sudah sholat ashar jamak takdim dengan dhuhur di pesawat. Sebenarnya masih sempat sholat ashar di bandara, namun antrian proses imigrasi sudah menanti.
Proses imigrasi yang panjang mengular berjalan lambat. Apalagi kepotong waktu sholat maghrib lalu petugas imigrasi istirahat sholat. Untuk yang satu ini memang butuh kesabaran yang luar biasa. Akhirnya kami keluar Bandara dan menuju bis yang menjemput kami menjelang waktu Isya.
Keinginan untuk segera sampai hotel dan istirahat harus ditahan. Ujian kesabaran selanjutnya adalah menunggu salah seorang teman kami yang sedang mengalami masalah bagasi. Satu kopernya tidak ada. Setelah dicek kembali ternyata belum terangkut dan masih tertinggal di Jakarta.
Dan akhirnya bis pun melaju menuju hotel di kota Madinah setelah azan isya.
Taibah
Yastrib
DarAlHijrah
Kami datang berkunjung, menjumpai kota Nabi yang kami rindui.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi