Langsung ke konten utama

Jika Aku dan Dia Beda

Kejadian seperti ini beberapa kali terjadi. 
Sudah ngomong banyak banget. Panjang kali lebar. Lalu bertanyalah kepada lawan bicara, si anak laki-laki. 
"Adek dengar kan kata Bunda?"
Jawabannya, "Enggak," dengan mukanya lempeng. 

Dengan suami lain lagi kisahnya. 
Sudah ngobrol panjang lebar, cerita kejadian dari A sampai Z. 
Lalu dengan santuynya dia bertanya: "Jadi kesimpulannya apa Bun?"
Padahal 
Terlihatnya mendengarkan, sepertinya menyimak. 
Tapi begitulah otak laki-laki. Hanya fokus pada satu hal. 

Mempunyai dua adik laki-laki setidaknya melatih memahami bahwa laki-laki itu prefer to the point, tidak suka berbelit-belit.
Begitulah struktur otaknya.

Misalnya nih
Pernah sms panjang lebar menjelaskan sesuatu ke adik laki-lakiku. Dan jawabannya. Jawaban yang singkat dan padat "ya".
Di lain waktu, sudah ngomong panjang banget, pun komentarnya singkat "cerewet".

Tapi tetep ya yang namanya perempuan ahli mengeluarkan 20.000 kata per harinya. 
Meski waktu di seminar, Ibu Elly Risman sudah mengajak berlatih mengeluarkan kata-kata yg tepat dan efektif pada suami atau anak laki-laki
Masih juga susah keceplosan, kebablasan, dan rasanya tidak puas kalau semua belum tuntas sampai titik komanya, bahkan repetisinya sampai 3 kali dengan kata dan kalimat yang sama persis. 

Perbedaan karakter laki-laki dan perempuan adalah sunatullah
Ini yang harusnya kita pegang dulu. 
Gimana tidak beda secara laki-laki berkromosom XY dan perempuan XX beda satu kromosom saja, berakibat berjuta perbedaan.
Maka struktur otaknya beda, isi otaknya beda, ekspresinya pun jadi beda. 
Jadi sudah dari sononya beda... Mau gimana lagi.

Jadi gimana dong! 
1. Pahami sunatullah ini. 
Di atas sudah dijelaskan bahwa dari sananya berbeda. Maka perbedaan yang sudah menjadi Sunatullah itu adalah sarana bagi kita untuk saling melengkapi. 
2. Terima bahwa perbedaan itu keniscayaan
Misalnya nih, si istri terbiasa  rapi, runut dan teratur serta terorganisir, eh si suami sembarangan, lepas baju disitu ya disitu pulang tarohnya. Handuk di kamar bahkan diatas tempat tidur tidak pernah di jempur abis pakai, selesai.
Contoh kecil tapi tak jarang ini jadi masalah.
Masalah kecil yang jika tidak diselesaikan lama-lama bakal gunung es yang akan memicu masalah lain. 
Maka kembalinya adalah penerimaan. 

Contoh lain, suami pendiam, istri cerewet atau suami tak suka urusan publik dan istri terampil di urusan publik.
Berjuta pasangan suami istri yang bertahan dengan perbedaan karakter ini.
Karena kalau mencari yang cocok, tidak ada pasangan yang benar-benar cocok. Yang ada adalah pasangan yang saling mencocokan diri sepanjang perjalanan rumah tangga mereka.

Saling melengkapi, ya sudah anggap saja sebagai ladang pahala, merapikan dan membereskan kekurangan suami.
Jadilah saling melengkapi
Nggak asyik juga kan kalau semua serba sama, justru romantikanya ya di perbedaan itu.

3. Komunikasi
Harus memperbaiki pola komunikasi. Terutama komunikasi yang efektif. Ada beberapa kaidah dalam berkomunikasi dengan pasangan. Antara lain :
1 Kaidah 2C: Clear and Clarify
Pesan  yang ingin disampaikan harus jelas (clear) dengan kalimat yang mudah dipahami, jangan bertele-tele. Bahasa harus nyaman bagi kedua belah pihak. 
Dan beri kesempatan suami untuk bertanya dan mengklarifikasi. 

2.Choose the Right Time
Pilih waktu dan suasana yang tepat serta nyaman untuk menyampaikan pesan. 

3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan : "mata adalah jendela hati"
Dengan menatap mata lawan bicara makan ada kesan lebih terbuka, saling menghargai dan kejujuran.

5. Kaidah: I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.

Bagaimana jika sudah berusaha berkomunikasi dengan baik dan efektif tidak ada perubahan juga? 
Nah jurus terakhirnya ini nih. 

5. Harapan akan Ridho Allah saja.


Lakukan semua dengan bahagia dan untuk kebahagianmu, lalu sandarkan semua pada Allah saja. Kalau sudah sadar akan hal ini, apapun yang terjadi enteng dah! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa...

Bukan Anak Pantai

Dulu saat pertama kali main keluar rumah Melalui dua jalan besar Dan kedapatan main di tepi laut dekat rumah Enaknya panik, hingga keluar nasehat panjang Lalu emak sadar, apalagi jaman kecil si emak juga suka ngelayap di alam terbuka dari sawah, sungai  hingga hutan Udah Dek...bebas deh main dialam asal izin dulu mau kemana, sama siapa dan aman  Di saat terakhir tinggal di Balikpapan, hobby mancingnya tersalurkan tiap sore di kolam dekat komplek. Kemudian setelah tinggal di Nunukan Mancing ke sungai, ngubek kolam, nyari ikan di laut dan main bola jadi kegiatan tiap hari. Luka  Biasa Anak lelaki ini,  biasa dapat luka.  Begitu Abinya menyemangati tiap pulang membawa luka Hingga suatu hari, terpeleset di dermaga pasar ikan Tergores tiram Luka dan berdarah "Nggak apa kan Bun..? Serunya sambil menahan tangis.  "Iya, nggak apa asal rajin diobati. Anak laki-laki Dek...biasa itu," Bunda menguatkan hati mesk...

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi...