Langsung ke konten utama

Ke Baitullah

Part 9
Antara Raudah dan Ibuku
Mengantri masuk ke Raudah 

Ada yang paling diingat dan diinginkan saat di Madinah terutama di masjid Nabawi : Raudhah
Iya..Raudhah
Bagian yang berkubah hijau yang didalamnya terdapat ruangan berkarpet hijau diantara semua bagian yang berkarpet merah itu merupakan salah satu tempat yang paling dicari oleh Jam'aah.
Sudah cukup masyhur bahwa Raudhah adalah taman surga.
Tempat yang berukuran kurang lebih 330 meter persegi yang terletak diantara rumah Rasulullah dalam hal ini kamar Aisyah ra.dengan mimbar Nabi, sebagaimana sabda beliau
"Diantara rumahku dan mimbar ku ada Raudhah minta riyadhi jannah : sebuah taman diantara teman-teman surga (HR. Bukhari).
Ditempat ini, jama'ah selalu penuh dan antri ingin memasukinya. Sholat dan berdoa disini penuh keutamaan, setiap doa niscaya dikabulkan.
Meski di seluruh bagian masjid Nabawi, dimana barangsiapa yang sholat di Masjid Nabawi pahalanya 1000 kali dibanding dengan sholat dimasjid lain kecuali Masjidil Haram yang lebih besar lagi pahalanya.

Pagi itu dihari pertama, kami berencana menuju Raudhah
Sehabis dhuha bersiap sudah.
Tapi rombongan ibu-ibu berbeda pintu masuknya sehingga diputuskan para Bapak saja
Sementara ibu-ibu acara bebas.

Kulihat ibuku terlihat sedikit kelelahan
Tidur malam yang hanya sekejap membuat kantuk pagi itu menyergap
Baiklah, kita istirahat saja dahulu. Nanti sebelum dhuhur kami berencana ke masjid untuk ikhtikaf menunggu sholat dhuhur.

Hingga hari terakhir di Madinah, para ibu belum sampai ke Raudhah.
Maka hari ini, kami para ibu berencana kesana ba'da Dhuhur.
Mendengar padat dan berjubelnya antrian, ku pertimbangkan untuk membawa ibuku yang tubuhnya meringkih dan pernafasan yang terganggu karena berkurangnya fungsi parunya.
Yah, sebaiknya ibuku tak ikut saja.
Ini baru permulaan, bahkan ibadah umroh itu sendiri belum dimulai. Masih dibutuhkan stamina yang prima untuk beribadah umroh nanti.
Lalu kuminta pak Suami bergantian menjaga ibu

"Abi...., Abi kan sudah beberapa kali dapat Raudhah. Nanti ba'da Dhuhur ibu-ibu akan kesana. Bunda mau bareng, tapi ibu
kutinggal ya... Minta tolong temani Ibu."
"Oke, abis Dhuhur janjian di mana?"
"Di toilet 5 ya biar Bunda bisa ngejar rombongan Ibu yang lain di pintu 25."

Setelah melepas Ibu bersama Pak Suami, kususul rombongan ke pintu 25
Nihil.
Maka kuputuskan masuk masjid dan mengikuti rombongan lain.
Pintu - pintu bertutup kain putih itu masih tertutup rapat.
Ku tunggu sambil tilawah dan sesekali melihat kanan kiri berharap bertemu rombongan Indonesia untuk bertanya, Inikah Raudhah?

Ah bukannya Raudhah berkarpet hijau. Ini kan merah.
Kuintip ruangan yang masih tertutup itu.
Hingga akhirnya dibuka, lha ini juga masih berkarpet merah.
Eh masih ada bagian lain yang pembatasnya ditutup rapat
Menunggu sekali lagi.
Ada beberapa tulisan peringatan dalam bahasa Arab, Inggris dan Turki juga adab-adab dan denah Raudhah
Mungkin di balik pintu itu, harapku
Akupun menunggu dengan sabar

Waktu berlalu, sudah pk. 14.30 belum ada tanda-tanda pintu didepan itu dibuka
Kaki gemetar karena lapar melanda.
Tiba-tiba teringat ibuku, beliau juga belum makan karena Pak Suami puasa, dan Ibu terbiasa makan denganku.

Waktu terus berlalu
Tiba-tiba Askar perempuan menghampiri kami
"Mafi...mafi...."
"Mafi ziaroh..." teriakan mereka sembari mengusir kami.
Beberapa mencoba bernegosiasi dengan askar tersebut tapi tak berhasil.

Ya sudah, aku balik saja.
Sesampai di hotel, benar saja
Ibuku masih asyik ngobrol dengan menantunya dan belum makan siang padahal beliau harus makan tepat waktu agar asam lambungnya tidak naik yang memicu batuk tak berkesudahan.

"Dapat...?" tanya pak Suami
"Enggak....Nggak ketemu sama rombongan."
"Ndak apa, masih ada kesempatan di Mekah nanti. Sudah makan sana dengan Ibu mumpung ruang makan masih buka.
Ibu belum mau makan tanpa kamu."

Menyesal sih tidak, tapi sedih juga.
Karena niat dari awal memang untuk membersamai ibu, rasa sedih itu segera sirna
InsyaAllah disegerakan lagi kembali kesini
Haji atau umroh lagi
Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa pedesaan di Jawa. Jalan

Lembah Long Ba : Menunggu

Part 6. Menunggu Tinggal sedikit lagi tubuhku lenyap dihisap bayangan hitam itu, seketika aku teringat gambaran Dementors, sebuah roh jahat yang hanya bisa dikalahkan oleh mantra expecto patronum nya Harry Potter dari gurunya Remus Lupin. Lalu cahaya putih menghalangi makhluk itu sehingga tidak bisa menyentuhku. Setelahnya, di dadaku terasa ada yang menyentuh, agak keras namun dingin rasanya. Tiba-tiba aku seperti mendapat suntikan energi, hingga akhirnya bisa membuka mata. Yang pertama tertangkap mata adalah ruangan berdinding putih. Aku berada di sebuah ranjang beralas warna putih juga. Tanganku tak bisa digerakkan, ternyata ada sebuah selang dan jarum menancap di dekat pergelangan tanganku. Belum sempat kuedarkan pandang menyapu seluruh ruangan, Bapak kepala kampung mendekat. "Pak Tegar… . " Disebutnya namaku pelan. Aku hanya bisa mengangguk pelan. "Syukur Alhamdulillah Pak Tegar sudah siuman, " sambung Pak Jauri. Rupanya mereka yang membawaku ketempat ini. Semac

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi