Langsung ke konten utama

Kegiatan Seru Bersama Anak

Rasa Dan Warna


Diantara banyak hal yang mesti kita syukuri salah satunya adalah panca indra. Dengan lidah kita merasa, dengan mata kita melihat dan banyak lagi.

Masih merasa ajaib dengan kemampuan lidah dalam merasa. Asin, manis, asam, pahit, gurih dan rasa lainnya yang tak terdefinisikan.


Sambil meringis, kami menikmati mangga dengan cocolan garam.

"Aseeem…! " serempak kami berseru.

Ada lima kilo mangga yang rasanya serupa ini. Heu..

Gara-gara si Abi salah beli ini.

Niatnya sih baik, agar asupan vitamin C kita banyak, karena selama masa pandemi ini kita harus menjaga kesehatan tubuh. Salah satunya mengkonsumsi vitamin C dan vitamin C itu ada pada buah-buahan.

Tapi nggak gini kali'.


"Belum saatnya dipetik sudah dipanen dan dijual deh ini, " kata yang membeli mangga. "Abi kira sudah matang. "

"Tapi lumayan sih, kalau dimakan sama garam agak berkurang asem nya. "kata Bungsu.


" Eh iya. Kok bisa ya…? "Bunda memancing rasa ingin tahu.

" Itu karena garam mengurangi rasa asem dengan rasa asinnya. "jawab Mas Jundi.  

" Jadi pikiran kita nggak mikirin rasa asem lagi. Gitu ya."

"Sebenarnya setiap zat itu punya sifat, ada yang bersifat asam, basa dan garam. Sifat asam biasanya berasa masam. Mungkin mangga ini bersifat asam dan garam bersifat basa atau netral jadi bisa saling mempengaruhi. "

"Tahunya dari mana Bun? "

"Sifat asam bisa dirasakan, jika rasanya masam biasanya zat tersebut bersifat asam. Tapi ada asam yang nggak boleh dirasa karena bahaya. Korosif. Untuk mengetahui harus diuji dulu.

" Caranya? "


Besok ya kita lakukan. Kebetulan Bunda masih punya sisa kertas lakmus dan indikator universal.

Maka kami bermain uji sifat asam-basa.


Uji asam basa dengan indikator alami


Bahan - bahan yang akan diuji yang ada di dapur seperti : Tomat, Jeruk, Asem Jawa, Garam, Gula, air minum kita, sabun mandi dan detergen.

Indikator alaminya : Bunga yang berwarna di kebun depan rumah seperti bunga kamboja, bunga ungu dan bunga kertas serta kunyit


Anak-anak menambahkan minuman bersoda sebagai bahan yang akan diuji karena selama ini mereka mendapat informasi bahwa salah - satu minuman bersoda itu bisa dibuat sebagai pembersih.




Uji asam basa dengan indikator kertas lakmus dan indikator universal


Bahannya sama dengan yang digunakan pada indikator alami.




Insight


Anak-anak bermain dengan bahagia. Semangat setelah tahu hasil uji asam basa pada minuman bersoda. Keasaman ya tidak terlalu tinggi dan masih aman dikonsumsi. Pertanyaan terbesar mereka:

Mengapa selama ini dilarang minum minuman bersoda? Memang bersifat asam meski lemah, tapi kan tidak se korosif asam kuat hingga yang diisukan bisa merusak usus?


Kami melakukan diskusi. Hingga sampai pada kesepakatan bahwa bukan karena sifat asam nya pada minuman bersoda tapi pada kadar gula yang tinggi. Jika terbiasa minum bersoda yang gulanya tinggi tersebut, berpeluang menumpuk gula dalam darah yang efek kedepannya bisa menjadi penyakit diabetes.

Sesekali sih masih boleh jika ingin minum minuman bersoda.





Semua merasa puas dengan proses ini. Sungguh kami merasa bahagia dengan seseruan ini. Belajar seasyik bermain, dan bermain untuk belajar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga, Tak Sekedar Ikatan Nasab

Gerimis kecil pagi itu tak menghalangiku duduk di boncengan motor pak suami. Meski di kota sedang tidak hujan deras, namun hujan di hulu sana, membuat Sungai Karangmumus meluap sehingga menyebabkan banjir sepanjang daerah aliran sungai itu. Titik terparah ada mulai dari depan Mall Lembuswana sampai Pasar Segiri. Setelah menerobos banjir dan mencari celah genangan yang tidak dalam pada gang-gang kecil sampai juga di kantor pak suami. Malam sebelum pak suami mengirim pesan bahwa pagi ini akan pergi dinas ke Balikpapan. Bak pucuk dicita ulam tiba, langsung aku menyatakan ingin ikut. Bagiku, ke Balikpapan adalah pulang kampung yang sebenarnya. Karena ada banyak " keluarga " di sana. Mengapa ada tanda petik pada kata keluarga? Mau tahu cerita selanjutnya? Oke, dilanjut ya. Keluarga seperti bukan keluarga Jadi sejak pandemi melanda negeri ini, ada dua kota yang begitu kurindukan. Pertama: Bojonegoro Di kota ini aku dilahirkan dan ibuku berada seorang diri tanpa anak kandung di sisi

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi