Langsung ke konten utama

Lembah Long Ba : Tegaknya Diagnosa




Part 7. Tegaknya Diagnosa

Sekali lagi dokter Andi melihat gawainya. Meski berdebar layaknya menunggu putusan pengadilan, tapi aku sedikit tenang, setidaknya sakitku terdefinisikan. Bukan sakit karena sesuatu yang tak masuk akal.

"Pak Tegar, sakit malaria, " ujar dokter Andi.

"Serius Dok, hanya malaria bukan yang lain? " tanyaku hampir tak percaya.

"Iya… dan ini diperkuat hasil pemeriksaan darah. Untung kemarin itu ada heli mampir sini jadi bisa nitip sampel darah ke kota. "

"Tapi Dok… ? "

Dokter yang ramah ini tersenyum semakin lebar. "Kenapa? Takut karena ada sesuatu? Nggak percaya hasil pemeriksaan medis? "

Aku tersipu, beberapa hari di balai pengobatan ini membuat kami semakin akrab karena perasaan sesama pendatang.

"Bukan, kok berat banget ya, saya merasa hampir koit, " ujarku seraya tertawa.

"Memang, si Plasmodium yang berada pada stadium aseksual membuat inangnya tak berdaya. Beruntung cepat dibawa kesini kalau nggak, koit beneran, " kata dokter Andi.

"Tapi Dok, apakah Dokter sudah melihatnya dari gejala awal kalau ini malaria, kok beberapa yang saya rasa berkurang dan obatnya tepat? "

"Idih Pak Tegar meragukan saya ya karena masih dokter PTT. Ada tiga diagnosa yang saya tegakkan, pertama pemeriksaan fisik, anamnesis, dan diperkuat hasil tes darah ini. Masih nggak percaya? " jelasnya.

"Saat Pak Tegar baru tiba di sini, hasil pemeriksaan fisik waktu itu, suhu tubuh hampir 39 derajat, ada konjungtiva anemis, sklera ikterik dan hepatosplenomegali. Setelah Pak Tegar sadar saya melakukannya anamnesis, Pak Tegar merasakan gejala klasik seperti demam paroksismal yang didahului fase menggigil dan berkeringat banyak, dan gastrointestinal. Juga hasil pemeriksaan darah ada trias berupa trombositopenia, peningkatan kadar laktat dehidrogenase (LDH) dan limfositosis atipikal. Tuh sampai saya jelaskan sedetail ini kan. Apa sih yang enggak buat teman sendiri, "ujar dokter.

" Kok saya merasa ada makhluk yang mendatangi ya Dok? "

Tawa dokter Andi pecah, usai ketawa ia berkata, " Pada kasus malaria berat ada gejala-gejala neurologis atau penurunan kesadaran, disorientasi bahkan halusinasi. Ayah saya waktu dinas di Timor Timur jaman sebelum Timor-Leste merdeka, ada temannya yang sampai menembak kepalanya sendiri karena disorientasi akibat malaria ini."

"Baik, saya paham Dok. Terima kasih sudah memberi penjelasan detail gini. "

"Sama-sama, istirahat dan makan yang banyak, jangan lupa antibiotiknya harus habis. "

Setelah dokter Andi pergi, Simpai dan bapaknya, kepala kampung, serta tetua adat datang. Kujelaskan bahwa aku bukan sakit karena bala makam kuno dan arwah nenek moyang, tapi karena malaria. Aku berharap tetua adat tidak perlu mengadakan upacara tolak bala. Meski kecewa tampak dari raut wajahnya, beliau bisa menerimanya. Lalu pamit kembali ke Long Ba siang ini bersama kepala kampung dan bapak Simpai. Aku masih harus menjalani perawatan hingga sembuh ditemani Simpai.

***

Sepekan lebih di balai pengobatan, tubuhku berangsur-angsur terasa lebih baik dan sudah diperbolehkan kembali ke Long Ba tapi tetap harus istirahat di rumah beberapa saat. Bapak kepala kampung akan menjemputku dan Simpai siang nanti. Aku pun merasa terharu atas kebaikan beliau, meski bukan sanak bukan keluarga, perhatiannya sungguh luar biasa.

Dalam perjalanan menuju Long Ba, bapak kepala kampung banyak bercerita. Dengan keramahan dan keakrabannya aku seperti menemukan sosok seorang bapak. Tiba-tiba aku ingat kejadian aneh yang menimpaku di awal kedatanganku di Long Ba. Juga perkataan tetua adat tempo hari di rumah sakit.
"Orang ini tak punya kekuatan apa-apa"

Kuberanikan diri bertanya pada bapak kepala kampung. "Bapak, kalau boleh tahu, kenapa ya saat awal kedatangan saya, di rumah banyak kejadian aneh? "

"Oh ya… ? Apakah itu? " tanya Pak kepala kampung balik.

"Ada suara aneh di malam hari, dedaunan masuk ke kamar padahal semua jendela tertutup, lalu suara langkah kaki malam-malam dan rambut yang bertebaran di lantai serta kasur, " jawabku detail tentang keanehan yang pernah kurasa.

"Hemmm, maafkan bapak ya, " pintanya.

"Lho kenapa meminta maaf Pak? Apakah… ? "

"Maafkan, Bapak tidak bisa menjelaskan, " jawab beliau. Sampai kami tiba di Long Ba, dan aku memasuki rumah dinas tak ada lagi pembicaraan.

Rumah dinasku tetap bersih dan rapi selama kutinggal. Harati, ibu Simpai yang merawat dan membersihkannya. Saat aku datang Harati dan Labih menyambutku di rumah. Hingga malam menjelang mereka baru beranjak meninggalkan rumahku. Kuucapkan terima kasih atas kebaikan mereka dan kusalami erat tangan Labih. Sebelum beranjak pergi kutahan Bapak Simpai beberapa saat.

"Bapak tahu penyebab saya sering mengalami keanehan? " tanyaku masih penasaran.

Sejenak ia ragu tapi akhirnya menjawab, "Bapak kepala kampung menguji pendatang yang menetap apakah mereka punya kekuatan atau tidak, jika punya harus dibuang atau dikalahkan karena beliau tidak ingin ada kerusakan disini."

"Pak Labih tahu?" tanyaku.

"Saya yang melakukan atas perintah kepala kampung dan restu tetua adat. Karenanya Simpai saya kirim untuk menjaga Bapak agar tidak ada kejadian yang membahayakan Bapak. "

Setelah mereka pergi, aku tertawa geli, bisa - bisanya aku dikerjai. Untung bukan penakut meski kadang merinding juga sih. Jika Bapak Simpai saja bisa melakukan hal gaib kayak gitu, apalagi tetua adat si lelaki berkalung siung harimau itu.

"Simpai… ! "


T.A.M.A.T


Notes:
  1. Anamnesis : pemeriksaan pada pasien berdasarkan keterangan gejala yang dialami pasien atau keterangan pendamping pasien (orang tua, istri - suami dll)
  2. Paroksismal : deman tinggi pada malam hari khas penyakit malaria 
  3. Konjungtiva anemis : salah satu tanda klinis anemia yang terlihat dari kelopak mata.
  4. Sklera ikterik : putih mata yang kekuningan karena penyakit.
  5. Hepatosplenomegali : pembengkakan hati dan empedu yang ditandai dengan perut membesar, kembung, mual dan muntah.
  6. Gastrointestinal: nyeri pada daerah perut sebelah atas dan mual dan muntah
  7. Disorientasi: keadaan yang dirasakan seseorang berbeda dengan kebenaran yang terjadi sehingga membuatnya bingung.
  8. Halusinasi : pengalaman dari salah satu atau kelima panca indera yang salah tanpa adanya objek nyata dari luar.

Komentar

  1. Masya Allah, berapa lama risetnya nih mb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sehari sebelum buat outline.
      Dan obrolan - obrolan du wag bareng teman yang dokter. Juga ingatan pernah jadi guru IPA. Campur-campur deh.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa pedesaan di Jawa. Jalan

Lembah Long Ba : Menunggu

Part 6. Menunggu Tinggal sedikit lagi tubuhku lenyap dihisap bayangan hitam itu, seketika aku teringat gambaran Dementors, sebuah roh jahat yang hanya bisa dikalahkan oleh mantra expecto patronum nya Harry Potter dari gurunya Remus Lupin. Lalu cahaya putih menghalangi makhluk itu sehingga tidak bisa menyentuhku. Setelahnya, di dadaku terasa ada yang menyentuh, agak keras namun dingin rasanya. Tiba-tiba aku seperti mendapat suntikan energi, hingga akhirnya bisa membuka mata. Yang pertama tertangkap mata adalah ruangan berdinding putih. Aku berada di sebuah ranjang beralas warna putih juga. Tanganku tak bisa digerakkan, ternyata ada sebuah selang dan jarum menancap di dekat pergelangan tanganku. Belum sempat kuedarkan pandang menyapu seluruh ruangan, Bapak kepala kampung mendekat. "Pak Tegar… . " Disebutnya namaku pelan. Aku hanya bisa mengangguk pelan. "Syukur Alhamdulillah Pak Tegar sudah siuman, " sambung Pak Jauri. Rupanya mereka yang membawaku ketempat ini. Semac

Sekilas Tentang Sapardi Djoko Damono

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Ada yang ingat puisi karya siapakah ini? Sapardi Djoko Damono. Iya tepat sekali. Petikan puisi di atas adalah salah satu bait puisi yang romantis dan sangat terkenal, bahkan sering dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, dan banyak lagi.  Sastrawan yang produktif menghasilkan karya ini, sering mendapatkan penghargaan atas karyanya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anugrah Habibie Award XVIII tahun 2016 pada bidang kebudayaan mengukuhkan namanya sebagai sastrawan terdepan masa kini. Pada tahun 2003, mendapat penghargaan Achmad Bakrie sementara Anugrah SEA Write Award yang telah lebih dahulu diraihnya. Biodata Sapardi Nama : Sapardi Djoko Damono Tempat tanggal lahir : Solo, 20 Maret 1940 Pekerjaan : Sastrawan, Guru Besar Tanggal Meninggal : 19 Juli 2020 Istri : Wardiningsih Anak : Rasti Suryandani dan Rizki Hendriko  Sekilas tentang kehi