Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Mainan Yang Kuwariskan

Permainan Tradisional, Cara Mewarisan Bermain Pada Anak-Anakku Gambar : boboonline Pas baca tema challenge pekan terakhir KLIP, "Mainan apa yang ku wariskan pada anak? " Auto mikir banget. Rentang waktu yang panjang dan tempat tinggal yang berpindah-pindah, menjadikanku selalu berpikir super minimalis. Tak ada barang yang tak fungsional yang tersisa. Selesai masa berlakunya, selesai juga penampakannya di rumah. Terlebih, dimasa anak-anak dulu aku hampir tak punya mainan. Satu-satunya mainan yang kupunya adalah boneka yang kuberi nama "Temon"  yang bersanding dengan "Temin" boneka adik perempuanku satu-satunya. Ya Allah, aku ingat banget ini, ya karena satu-satunya itu. Bapak - Ibuku yang seorang guru sekolah dasar, meski pegawai negeri namun penghasilan pas-pas buat hidup kami itu tak akan sanggup jika harus  membelikan mainan. Mempunyai satu-satunya boneka saja, itu sudah luar biasa. Kehidupan keluarga kami mulai membaik ketika lahir anak ke 3 dan ke 4. K

Idul Adha

Lebaran Haji Setelah hampir duabelas hari tidak ke pasar, stok kulkas tak tersisa apapun. Maka hari ini harus ke pasar. Wah ramai sekali, pedagang sampai luber ke jalanan. Barang dagangan juga bervariasi, penjual daun pisang dan ketupat terlihat sangat mencolok, karena banyak lapak pedagang yang menyajikan dua benda itu.  Ah iya, kan sebentar lagi lebaran. Kali ini malah tampak lebih meriah dari lebaran Idul Fitri kemarin. Selain status waspada corona sudah turun menjadi siaga juga larangan merayakan Idul adha tak ada lagi laiknya Idul Fitri kemarin. Sholat Idul Adha pun sudah boleh diselengarakan.  Tak mungkin juga melarang penyembelihan hewan kurban sementara nilai utama pada perayaan Idul Adha adalah menyembelih hewan Qurban.  Di masa normal, bagi masyarakat Nunukan juga berbagai daerah lainnya yang dominan etnis Bugis, perayaan Idul Adha lebih meriah dibanding Idul Fitri. Mereka menyebutnya lebaran haji, dan wajib hukumnya (secara adat) bagi yang haji mengadakan perayaan, setidakny

Pengalaman Tak Terlupa

Tiga Hari Bertamu ke Negeri Tetangga Kami sampai di pelabuhan Tunon Taka, salah satu pelabuhan di pulau Nunukan ini, sesuai waktu yang sudah disepakati. Pedagang asongan silih berganti menawarkan dagangannya begitu melihat rombongan kami datang. Begitu juga orang - orang yang menawarkan penukaran ringgit. Kami langsung menukarkan rupiah ke ringgit dengan salah satu dari mereka. Biar nggak ribet nanti ketika sampai. Kurs yang ditetapkan Rp. 3.450 rupiah per 1 ringgit. Begitulah rupiah dengan mata uang lain, jomplang banget, rasanya…ku menangis, pakai lagu ya membacanya. Setelah urusan imigrasi yang tak begitu ribet, lancar jaya lah pokoknya. Kami tetap harus menggunakan paspor karena bukan penduduk asli. Beda dengan penduduk ber KTP Nunukan yang boleh menggunakan PBL (Pas lintas batas) saja, sebuah dokumen mirip paspor yang warnanya merah. Setelah beberapa saat menunggu rombongan dari Tarakan akhirnya kami masuk kapal speed yang akan membawa kami hingga ke pelabuhan di Bandar Tawau. Yap

Pengalamam Tak Terlupa

Pengalaman Tak Terlupakan : Lomba MTQ Hutan bakau sepanjang jalan Nikmat rumah dekat masjid, salah satunya anak-anak mainnya di masjid, jadi kebiasaan di rumah lama masih nyambung disini. Jadi anak masjid. Dari sini pun rezeki itu bermula. Jundi, anak lelaki ke 3 kami tiba-tiba didaftarkan lomba MTQ tingkat kecamatan pada cabang tahfidz 10 Juz. Kami sama sekali tidak menyangka, eh anak tak sekolah ini terlebih kami baru saja lima bulan menjadi warna daerah ini. Saat berangkat lomba pun tak seratus persen siap, kayak bermain saja, tanpa beban. Hingga pada penutupan lomba dan pengumuman pemenang, namanya dipanggil ke panggung sebagai juara satu dan berhak mewakili kecamatan Nunukan maju ke babak selanjutnya di tingkat kabupaten. Lomba tingkat kabupaten diselenggarakan di Tulin Onsoi sebuah kecamatan di wilayah tiga yang bahkan namanya saja baru kali ini kami dengar. Terbayang wilayah pedalaman dengan hutan rimba di sekitarnya. Akan jadi petualangan yang seru lagi. Tulin Onsoi adalah sebu

Pengalaman Yang Terlupa

Yang Tak Terlupakan : Ke Pulau Seberang Di negeri ini, mungkin ada beberapa daerah kabupaten yang mempunyai wilayah terpisah-pisah. Biasanya daerah kepulauan. Tapi Kabupaten Nunukan tetap punya keunikan tersendiri dengan wilayah yang terpisah di tiga pulau. Wilayah satu di pulau Nunukan, wilayah dua di pulau Sebatik Dan wilayah tiga di pulau Kalimantan. Bahkan di salah satu wilayah itu ada yang harus berbagi dengan negeri sebelah. Sebagai pendatang baru di Kabupaten ini, tentu terbit rasa penasaran ingin menjelajah, apalagi saat jiwa petualang bergejolak. Setelah wilayah satu, pulau Nunukan yang segitu-gitunya, dikelilingi sehari pun selesai, kini giliran ke wilayah dua. Pulau seberang itu bernama Sebatik. Sebuah pulau yang bahkan dari halaman rumah pun nampak jelas. Layaknya perbukitan yang melingkupi suatu daerah. Padahal terpisah selat. Sampai saat ini saya belum tahu nama selat ini, tapi masih satu jalur dengan selat Makasar. Berita baiknya sabtu pagi itu, suami ada undangan untuk

Pengalaman Tak Terlupakan

Kenangan Tak Terlupakan : Menaklukan Bukit Bendera Menuju puncak bukit Bendera Bakat penasaran dan selalu ingin tahu daerah baru ini rupanya menurun juga pada Bungsu kami. Ja dilah Bungsu, teman menjelajah yang baik. Penjelajahan kali ini berawal dari ketika kami keliling - keliling kota Nunukan beberapa hari setelah pindah ke kota ini. Hingga sampai jalan menanjak di sekitar kantor kecamatan. Ketika sampai atas, kami sangat takjub dengan pemandangan di depan sana. Birunya laut dan hamparan pulau - pulau begitu memikat mata. Pulau Sebatik terlihat begitu dekat. Dan yah disebelahnya, itu pasti Malaysia Timur. Negeri Sabah. Dengan binar mata, kami menceritakan pemandangan yang kami temui pada anggota keluarga yang lain. Tapi Sulung kami sambil tersenyum menanggapi, "Bunda belum tahu sih, ada tempat tertinggi di Nunukan ini yang pemandangannya ke segala penjuru." "O ya. Dimana itu? " "Namanya Bukit Kapur, aku pernah diajak kesana sama teman-teman kantor Abi waktu

Kegiatan Seru Bersama Anak

Rasa Dan Warna Diantara banyak hal yang mesti kita syukuri salah satunya adalah panca indra. Dengan lidah kita merasa, dengan mata kita melihat dan banyak lagi. Masih merasa ajaib dengan kemampuan lidah dalam merasa. Asin, manis, asam, pahit, gurih dan rasa lainnya yang tak terdefinisikan. Sambil meringis, kami menikmati mangga dengan cocolan garam. "Aseeem…! " serempak kami berseru. Ada lima kilo mangga yang rasanya serupa ini. Heu.. Gara-gara si Abi salah beli ini. Niatnya sih baik, agar asupan vitamin C kita banyak, karena selama masa pandemi ini kita harus menjaga kesehatan tubuh. Salah satunya mengkonsumsi vitamin C dan vitamin C itu ada pada buah-buahan. Tapi nggak gini kali'. "Belum saatnya dipetik sudah dipanen dan dijual deh ini, " kata yang membeli mangga. "Abi kira sudah matang. " "Tapi lumayan sih, kalau dimakan sama garam agak berkurang asem nya. "kata Bungsu. " Eh iya. Kok bisa ya…? "Bunda memancing rasa ingin tahu. &q