Langsung ke konten utama

Garam Gunung Krayan

Garam gunung yang sudah mengandung zat yodium, dan warnanya tidak terlalu putih (foto : koleksi pribadi) 

Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa asam digunung dan garam dilaut akhirnya bertemu jua di belanga dalam bentuk sayur asem, kalau di Nunukan sebuah kabupaten di propinsi Kalimantan Utara akan ada pepatah lain: garam di gunung dan asam di gunung bertemu di belanga.
Karena disini ada garam gunung. Orang ramai menyebutnya garam Gunung Krayan.

Garam Gunung Krayan adalah garam yang dihasilkan dari air yang ada disumur - sumur seputaran daerah pengunungan Krayan. Sumur - sumur itu mempunyai air yang asin sejak dahulu kala.
Air sumur yang berasa asin itu juga ditemukan secara tidak sengaja oleh suku Dayak Lundayah, suku asli Kalimantan yang tinggal di sekitar Gunung Krayan.
Konon, suku Lundayah ini sedang berburu di hutan dan membidik seekor burung punai. Lalu burung ini jatuh di sebuah sumur, ketika berhasil diangkat dan dibakar, setelah matang berasa asin. Nah dari situlah diketahui bahwa air sumur itu berasa asin.
Peta kecamatan Krayan Induk, sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan. Saking jauhnya dari pusat pemerintah daerah butuh ber hari-hari jika ada urusan ke kota

Gunung Krayan adalah wilayah pegunungan yang ada di kecamatan Krayan, sebuah kecamatan yang ada di kabupaten Nunukan provinsi Kalimantan Utara. Letaknya di daratan Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia jalur darat. Untuk mencapai Krayan, dari bandara yang ada di kota Nunukan, harus naik pesawat perintis seperti Susi Air selama 1 jam perjalanan hingga sampai di Bandara Long Bawan, ibukota kecamatan Krayan. Dari Long Bawan dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar 30 menit hingga sampai Krayan.
Disini setidaknya ada 3 desa yang mempunyai sumur berair asin dan tidak pernah kering yaitu Desa Pa Rupai, Pa Nado dan Long Midang.

Kok bisa ya air sumur di gunung mempuyai rasa asin. Menurut pemangku wilayah tersebut, air asin pada sumur - sumur di wilayah Krayan terkait aktivitas geologi yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu. Air asin ini berasal dari laut yang karena proses geologi tersebut terbentuk terowongan panjang dibawah tanah membentuk jaringan sabuk pegunungan Kuching sepanjang Indonesia hingga Malaysia.

Bagaimana air asin sumur ini menjadi garam?
Jadi setelah air asin ini ditimba selanjutnya akan direbus dalam tangki atau drum diatas tungku berbahan bakar kayu selama 12 jam hingga terbentuk kristal - kristal garam. Setelah kristal - kristal garam ini terkumpul, lalu dijemur dibawah terik matahari hingga kering, selanjutnya tinggal dipacking dalam wadah-wadah plastik.

Harga garam Gunung Krayan ini lebih mahal dibanding garam laut. Berkisar 40-50 ribu rupiah per kilogramnya dari petani garam di Krayan sana. Kalau sudah sampai Nunukan, harganya menjadi 60 ribu per kilogramnya.

Rasanya, sama saja ya, namanya juga garam, pasti rasanya juga asin. Tapi menurut penelitian kadar yodium lebih tinggi meski tanpa ditambah yodium lagi. Disamping itu, ketika digunakan untuk masak, setelah matang, sayurannya tetap berwarna hijau segar.

Sudah membuktikan? Pastinya. Sejak tinggal di Nunukan, hampir setahun ini mengunakan garam Gunung Krayan untuk memasak. Yang pertama, membeli saat ada ekspo daerah dan yang kedua, mendapat oleh-oleh dari teman kantor yang dinas ke Krayan.

Mau tahu rasa garam Gunung Krayan? Yuuk traveling ke Nunukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Pendek Tilik : Antara Tradisi dan Literasi Digital

Sumber : IG ravacanafilm Beberapa hari ini mulai trending film pendek " Tilik ". Film yang sebernarnya sudah di produksi pada tahun 2018 ini sudah ditonton 1,8 juta kali, disukai oleh 144 ribu dan subscriber chanel ini langsung melonjak pernah hari ini menjadi 6,4 ribu. Film pendek garapan Ravacana bekerja sama dengan dinas kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini telah beberapa kali ikut festival diantaranya : Winner piala maya tahun 2018 sebagai film pendek terpilih Official selection Jogja -Netpac Asian festival 2018 Official selection word cinema Amsterdam 2019 Film ini mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya dengan dilengkapi teks berbahasa Indonesia.  Dan salah satu daya tariknya adalah dialog -dialog berbahasa Jawa yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa. Terlebih bagi orang Jawa yang merantau, tentu dialog dalam film ini sedikit mengobati kangen kampung halaman.  Setting tempat dan suasana yang kental dengan nuansa...

Lembah Long Ba : Lelaki Berkalung Siung Harimau

Part 3. Lelaki Berkalung Siung Harimau Auuuugh… ! Aku ambruk tanpa sempat menggapai apapun untuk menahan berat badanku. Rasa sakit segera menjalar ketika tubuhku menimpa benda yang ada di bawahku. Sialnya malam begitu gulita benar. "Pak Tegar… . " Suara Simpai terdengar. Aku berusaha bangkit setelah sedikit menguasai keadaan. Rupanya meja yang kutabrak barusan. Mengapa berada tepat di depan pintu kamar, padahal tadinya kuletakkan dekat pintu keluar? "Kenapa mejanya jadi ada disini? " tanyaku pada Simpai. "Eh iya, maaf Pak. Saya geser meja biar tempat buat tidur jadi lebih luas. Juga biar gampang kalau harus keluar rumah, " jawab Simpai sambil menyalakan lentera. "Bapak ada yang luka? " "Sudah, nggak apa-apa. Geser sedikit ke samping pintu kan bisa, " jawabku lalu beranjak balik ke kamar. "Jangan lupa, matikan lagi lenteranya, takut jatuh dan jadi kebakaran. " Malam pun berlalu dengan tenang, tapi bukan tak terjadi apa - apa. ...

Sastra dan Pelajaran Favorit di Sekolah

Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi...