Buku-buku sastra akan jadi bacaan di sekolah, demikian reaksi para pengiat literasi ketika membaca berita bahwa sastra akan masuk kurikulum. Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong pemanfaatan sastra sebagai sumber belajar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Standar Badan Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam peringatan Hari Buku Nasional 2024. Karya sastra akan menjadi salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca, mendorong berpikir kritis, dan mengasah kreatifitas. Jadi kebayang kan novel-novel sastra jadi bacaan siswa di sekolah. Ikut senang dengar berita ini, meski tak luput dari kritik dan kekurangan sih. Baru-baru ini seorang Budayawan, Nirwan Dewanto membuat surat terbuka yang intinya keberatan dengan buku panduan sastra masuk kurikulum. Termasuk buku puisinya yang dijadikan rujukan, dan masuk daftar bacaan atau buku-buku yang direkomendasi
Suatu aktivitas yang panjang dan memerlukan konsistensi tidak akan berhasil tanpa adanya persiapan. Demikian juga dengan keinginan untuk menulis sepanjang tahun yang difasilitasi oleh Kelas Menulis Ibu Profesional (KLIP). Meski sudah bergabung dengan KLIP selama dua tahun dan konsisten menulis sepanjang tahun, kadang masih dilanda jenuh, bahkan galau juga munculnya rasa insecure. Beruntung tahun ini KLIP memberi kejutan yang luar biasa, keren banget deh pokoknya. Kalau di tahun lalu begitu masuk KLIP langsung tancap gas menulis dan setoran bahkan dapat badge outstanding beberapa kali, di tahun ini KLIP menghadirkan kelas persiapan yang narasumber dan materinya… luar biasa. Serasa menemukan jawaban dari semua rasa yang tersimpan di sudut hati paling dalam bahwa rasa minder, membandingkan diri dengan orang lain yang ujungnya tetap merasa seperti kebanting. Menemukan Mutiara di Kelas Persiapan Kelas persiapan part satu yang diisi langsung oleh founding mother Ibu Profesional, Ibu Septi Pe