Anak kucing, kembali menemukan anak kucing yang dibuang oleh seorang manusia.
Ini untuk ketiga kalinya kami menemukan anak kucing.
Sekardus Anak Kucing di Menara Masjid
Kali pertama menemukan anak-anak kucing, saat masih tinggal di Nunukan. Sepulang dari mengantar anak ikut lomba MTQ di kecamatan Tulin Onsoi, yang terletak di wilayah tiga, disambut oleh anak-anak yang bermanis-manis kata. Rupanya mereka merayu agar diperbolehkan memelihara kucing. Tentu saja, ditolak mentah-mentah dong. Bundanya kan paling nggak suka memelihara hewan apapun, karena ada kotorannya. Meski dulu di masa kecil selalu akrab dengan hewan peliharaan seperti kambing, ayam dan bebek. Ada yang ngurus sih, jadi nggak perlu berkotor ria ngurus mereka. Lha ini kucing… selucu apapun, tidak berminat sama sekali.
Lalu mereka bercerita tentang kisah di balik keberadaan anak-anak kucing tersebut. Rupanya ada orang yang membuang anak kucing di dekat rumah kami. Kasihan, itu yang mendasari anak-anak mengambil anak kucing meski konsekuensinya bakal dimarahi sangat bunda.
Yah akhirnya bundanya luluh juga, boleh dipelihara asal rajin mengurusnya. Memberi makan, membersihkan pup dan kencingnya. Tak urung, bundanya yang perfeksionis dalam urusan kebersihan ini juga turun tangan.
Sayangnya meski sudah diurus sedemikian rupa satu persatu anak kucing itu mati dan menyisakan seekor saja. Setelah agak besar sedikit, seekor anak kucing ini menghilang.
Suara Meong di Taman
Hari masih pagi ketika Abi dari ruang kerjanya di kantor mendengar suara anak-anak kucing mengeong. Setelah ditelusuri, rupanya dari luar, tepatnya dari arah taman. Ketika dilihat, beneran ada sekardus yang berisi 4 anak kucing.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, anak-anak bersedia merawat, tapi tidak maksimal sehingga akhirnya mati dan kebersihan rumah juga tidak terjaga. Akhirnya kami bersepakat, membiarkannya di taman dengan membuat tempat yang layak dan aman buat mereka dan menyiapkan makanan tiap hari untuk anak-anak kucing tersebut. Saat sudah kuat berjalan, anak-anak kucing mulai keluar dari sarangnya di taman sementara di sisi kiri dan kanan adalah jalan raya. Tak ayal beberapa anak kucing pergi dan menghilang, sementara beberapa lagi mati kelindes mobil. Ngeri pokoknya. Habis dengan tragis.
Kardus di Semak-semak
Pindah ke Samarinda kehidupan kami tak jauh dari kucing, tetangga depan dan samping penggemar kucing, dan beberapa sering main di rumah.
Suka dengan kelucuan kucing-kucing itu, terlebih cantik-cantik layaknya kucing anggora. Bukunya tebal dan lembut.
Seekor kucing buduk juga jadi pengunjung tetap rumah kami, numpang tidur dan makan beberapa waktu lamanya meski akhirnya menghilang lagi. Bunda sih bersyukur banget, karena nggak ada lagi yang pup di depan rumah.
Tak lama, sekardus anak kucing ditemukan di semak-semak sepulang sholat dzuhur. Kasihan, akan mati kelaparan dan kepanasan kalau nggak diambil, karena belum bisa jalan mencari makan.. Masih bayi banget.
Dan kucing-kucing bayi itulah yang kini jadi penghuni rumah. Repot sih, mesti merawat mereka, menyuapi susu setiap hari.
Semoga nggak ada yang mati, nanti kalau sudah besar dan kuat, baru deh dibuang. Bunda nggak suka sama kucing.
Komentar
Posting Komentar