Perempuan dengan wajah oval itu melintas di hadapanku. Senyumnya mengembang serupa gula-gula, manis. Hatiku seketika berdesir, pantas saja. Raut wajah sempurna, bersih dengan mata bulannya yang bercahaya, alis yang tidak terlalu tebal juga tida tipis memagarinya, ditambah lentiknya bulu mata. Sempurna. Aku berpaling setelahnya. Segera ku gapai gagang pintu menuju rumah, lalu masuk dan menutupnya erat. Dadaku kian gemuruh, hingga separuh energiku luruh. Tubuhku merosot hingga terduduk di lantai. Huh, pantas saja. Wanita itu begitu cantik, tak sebanding dengan diriku. Bahkan jauh sekali. Sepanjang hidupku tak pernah satu pun yang mengatakan aku cantik, ya memang nggak cantik, meski tak pernah juga ada yang mengatakan jelek. Namun setiap aku berkaca, sungguh pantulan cermin itu bukan yang ku harapkan. Aku ingin wajahku putih bersih, namun cermin itu mengambarkan wajah kusam dan berbintik. Aku mengharapkan hidungku sedikit mancung, namun cermin itu menunjukan hidungku yang pesek. Aku ing